Minggu, 04 Maret 2012

Materi Kuliah

assalamualaikum teman-teman,

memanfatkan teknologi yg ada, dan demi kemudahan kita bersama, maka dengan ini kami mencoba menyebarkan materi kuliyah yg sudah di dapat dari beberapa dosen ini melalui blog ini. bagi yg menginginkannya silahkan download disini oke,

terimakasih

Minggu, 08 Januari 2012

BAHASA INDONESIA


PENDIDIKAN KARAKTER
DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu : Aninditya Sri Nugraheni, M.Pd.
Nama  :
1.    Riski Purwani                     (10470038)
2.    Nida Ainur Rif’ah              (10470044)
3.    Ulfa Nur Faizah                 (10470058)
4.    Kurnia Putri Perdani          (10470061)
5.    Nurul Maghfiroh                (10471002)

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM (A)
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI  SUNAN KALIJAGA
 YOGYAKARTA
 2012
BAB II
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Dalam dunia pendidikan sekarang ini sedang gencar-gencarnya orang membicarakan tentang pendidikan karakter. Bahkan tema yang diangkat dalam rangka memperingati Hardiknas tahun 2010 adalah “Pendidikan Karakter Dalam Rangka Membangun Peradaban Bangsa” dan Hari Sumpah Pemuda “ Membangun Krakter Pemuda Demi Bangsa”.
Seperti yang kita ketahui bahwa karakter bangsa Indonesia sekarang  merosot. Oleh karena itu pendidikan karakter sebagai solusi untuk membangun karakter bangsa agar memiliki karakter yang baik.
Berkenaan dengan hal diatas, disebutkan dalam Undang Undang No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas menyatakan bahwa Pendidikan Nasional Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan 3 kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berangkat  dari hal tersebut diatas, secara formal upaya menyiapkan kondisi, sarana/prasarana, kegiatan, pendidikan, dan kurikulum yang mengarah kepada pembentukan watak dan budi pekerti generasi muda bangsa memiliki landasan yuridis yang kuat. Namun, sinyal tersebut baru disadari ketika terjadi krisis akhlak yang menerpa semua lapisan masyarakat. Tidak terkecuali juga pada anak-anak usia sekolah. Untuk mencegah lebih parahnya krisis akhlak, sekarang upaya tersebut mulai dirintis melalui pendidikan karakter bangsa.
            Dalam pemberian pendidikan karakter pada sebuah lembaga pendidikan dapat dilakukan dengan menenamkan nilai-nilai pendidikan karakter dalam proses pembelajaran. Dala hal ini akan membahas berkenaan dengan nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia.
            Seperti yang kita ketahui bahasa Indonesia sangatlah penting untuk dipelajari karena bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang menjadi identitas dari bangsa Indonesia. Berkenaan dengan hal tersebut, pentingnya pendidikan karakter dan pembelajaran bahasa Indonesia, maka akan diintegrasikan pendidikan karakter dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
B.     Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian pendidikan karakter dan pembelajaran bahasa Indonesia?
2.    Bagaimana hubungan pendidikan karakter dalam pembelajaran bahasa Indonesia?
3.    Materi apakah dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang mengandung pendidikan karakter?

C.     Tujuan
1.    Memenuhi tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
2.    Mengetahui  pengertian pendidikan karakter dan pembelajaran bahasa indonesia.
3.    Mengetahui  hubungan pendidikan karakter dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
4.    Untuk mengetahui materi-materi dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang mengandung pendidikan karakter dan mengimplementasikannya dalam proses pembelajaran khususnya bahasa indonesia



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pendidikan Karakter dan Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pendidikan karakter menurut Ratna Megawangi (2004; 95) “sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap lingkungannya.” Definisi lainnya dikemukan oleh fakry Gaffar (2010: 1) “sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam prilaku kehidupan orang itu.” Dalam definisi tersebut ada tiga ide pikiran penting, yaitu:
1)   Proses transformasi nilai-nilai
2)   Ditumbuhkembangkan dalam kepribadian
3)   Menjadi satu dalam prilaku
Definisi pendidikan karakter dalam seting sekolah yaitu sebagai pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan pengembangan prilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah.” Definisi ini mengandung makna:
1)        Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang terintegrasi dengan pebelajaran yang terjadi pada semua mata pelajaran.
2)        Diarahkan pada penguatan dan pengembangan prilaku anak secara utuh. Asumsinya anak merupakan oragnisme manusia yang memiliki potensi untuk dikuatkan dan dikembangkan.
3)        Penguatan dan pengembangan prilaku didasari oleh nilai yang dirujuk sekolah (lembaga).[1]
4)      Istilah pembelajaran menjadi semakin kerap terdengar dalam kajian pendidikan persekolahan saat ini. Istilah ini merupakan pengembangan istilah dari “proses belajar mengajar” (PBM). Dalam istilah PBM, makna yang familiar bagi guru-guru saat ini adalah guru mlakukan pengajaran dalam berbagai materi ajar kepada peserta didik. Sedangkan istilah pembelajaran yang saat ini menjadi aktual, dimaknai sebagai proses interaksi peserta didik dengan lingkungan belajarnya. Dalam proses ini anak menjadi objek sekaligus subjek belajar, sedangkan guru dan ligkungan belajar lainnya menjadi kondisi penting yang menyertai proses pembelajaran.
            Pembelajaran dalam pendidikan karakter didefinisikan sebagai pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan atau dirujuk pada suatu nilai. Penguatan adalah upaya untuk melapisi suatu perilaku anak sehingga berlapis (kuat). Pengembangan prilaku adalah proses adaptasi perilaku anak terhadap situasi dan kondisi baru yang dihadapi berdasarkan pengalaman baru. Kegiatan penguatan dan pengembangan didasarkan pada suatu nilai yang dirujuk. Artinya, proses pendidikan karakter adalah proses yang terjadi karena didesain secara sadar, bukan suatu kebetulan. 108-112
Pembelajaran menurut Knowles adalah cara pengorgaisasian peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.  Sedangkan menurut Woolfolk pembelajaran berlaku apabila sesuatu pengalaman secara relatifnya menghasilkan perubahan kekal dalam penegtahuan dan tingkah laku. Sedangan menurut Rahir Wahyuddin pembelajaran adalah perubahan tingkah laku yang melibatkan keterampilan kognitif yaitu penguasaan ilmu dan perkembangan kemahiran intelek.
Yang dimaksud dengan pendidikan karakter secara terintegrasi di dalam proses pembelajaran adalah pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang dan dilakukan untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai dan menjadikannya perilaku.
B.     Hubungan Pendidikan Karakter Dengan Pembelajaran Bahasa Indonesia
Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa pendidikan karakter dan bahasa Indonesia itu sama-sama penting. Dikarenakan antara keduanya memiliki keterkaitan satu sama lain.
Pada sisi lain bahasa memiliki peranan yang sangat penting yaitu bahasa memiliki fungsi sebagai alat komunikasi dalam berbagai konteks. Baik komunikasi secara tulis maupun lisan. Hal ini dapat dilihat dari pemakaian bahasa di dalam masyarakat akademik yang dapat difungsikan pada penulisan karya ilmiah seperti: ringkasan buku, makalah seminar, lokakarya / workshop, skrips, tesis, dan disertasi. Semua karya tersebut sebagai wujud komunikasi tulis dalam dunia akademik. Demikian pula komunikasi lisan dapat dilihat wujudnya pada waktu civitas akademik memberikan materi di kelas, seminar, orasi ilmiah, stadium general, dan pidato pengukuhan doktor maupun guru besar.
Tuturan-tuturan yang dikemukakan diatas memiliki konteks kalimat yang beragam. Masing-masing memegang peran dalam interaksi antara penutur, lawan tutur, dan partisipannya. Oleh karena itu, makna kalimat baik tersurat maupun tersirat masing-masing dapat dimaknai berdasarkan siapa, apa, dimana, kapan, mengapa, dan bagaimana tuturan itu diucapkan dalam sebuah percakapan atau wacana.
Terkait dengan konteks dalam sebuah tuturan atau wacana, Kartomiharjo (1993: 26-28)  mengemukakan bahwa konteks tuturan dapat dipilah menjadi:
1)   Konteks yang berhubungan dengan pembicara dan pendengarnya.
2)   Konteks yang berhubungan dengan tempat dan waktu.
3)   Konteks yang berhubungan dengan topic pembicaraan.
4)   Konteks yang berhubungan dengan saluran yang digunakan. Misalnya tulisan, lisan, isyarat, kentongan, dan sebagainya.
5)   Konteks yang berhubungan dengan kode yang digunakan dalam berkomunikasi.
6)   Konteks yang bergubungan dengan bentuk pesan dan isinya.
7)   Konteks yang berhubungan dengan peristiwa dan sifat-sifatnya yang khusus.
8)   Konteks yang berhubungan dengan nada pembicaraan, serius, sinis, sarkastik, rayuan, dan lain-lain.[2]
Dari konteks-konteks diatas, jika dikaitkan dengan pembelajaran bahasa indonesia dengan pendidikan karakter, tentunya memiliki hubungan. Dalam proses pembelajaran bahasa indonesia sendiri tentunya digunakan beberapa konteks diatas. Baik itu ketika proses pembelajaran berlangsung maupun diluar proses pembelajaran.
Penggunaan beberapa konteks dalam sebuah tuturan berkenaan dengan komunikasi dapat diketahui bagaimana karakter atau kepribadian seseorang. Kepribadian tersebut dapat dilihat dari bagaimana tutur kata seseorang dalam berkomunikasi, gaya bahasa yang digunakan, dan keefektifan kata demi kata pada saat berkomunikasi dengan orang lain sehingga mudah untuk dipahami. Jika bahasa yang digunakan seseorang pada saat berkomunikasi baik, teratur, dan mudah dipahami maka orang lain akan beranggapan bahwa orang tersebut memiliki kepribadian yang baik. Begitu pula sebaliknya, jika penggunaan bahasa yang digunakan seseorang pada saat berkomunikasi tidak teratur, dan sulit dipahami maka orang lain akan beranggapan bahwa orang tersebut memiliki kepribadian yang kurang baik.
Terkadang tidak jarang dari gaya bahasa, bagaimana cara penyampaiannya, ekspresinya, dan keefektifan bahasa yang digunakan dalam berkomuniakasi dapat diketahui tingkat kejujuran atau kebenaran ucapan seseorang. Biasanya orang yang jujur selalu menggunakan bahasa yang teratur dan menggunakan kalimat yang efektif pada saat berbicara, tidak bertele-tele, ekspresinya tenang tidak kelihatan takut dan ragu-ragu, serta kata-kata yang diucapkan dapat diyakini kebenarannya, dalam artian rasional.
Selain itu dari penggunaan tutur bahasa seseorang dalam berkomunikasi dapat diketahui tingkat intelektualitas seseorang. Jika seorang yang memiliki daya intelektual yang tinggi maka bahasa yang digunakan teratur, mudah dipahami, kata-kata yang diucapkan dapat meyakinkan pendengarnya, terlihat tenang pada saat berbicara, dan kata-kata yang digunakannya pun sopan dan santun. Sehingga kesopanan seseorang juga dapat dilihat dari bahasa yang digunakannya dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Tingkat pendidikan penutur bahasa Indonesia juga mewarnai pemakaian bahasa indonesia. Bahasa indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan tampak jelas perbedaannya dengan bahasa indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing, misalnya pidió, pilem, komplek, pajar, dan  pitamin. perbedaan ragam bahasa penutur yang berpendidikan dan tidak berpendidikan juga tampak dalam bidang tata bahasanya, misalnya mbawa (membawa), nyari (mencari), atau dalam susunan kalimat ini hari kita orang akan ke Bandung. Demikian juga, pemakaian kalimat saya akan ceritakan tentang Timun Emas memperlihatkan penuturnya kurang dapat memelihara bahasanya. Ragam bahasa yang dituturkan oleh kelompok penutur berpendidikan itu memiliki ciri keterpeliharaan. Ragam bahasa itu yang digunakan dalam dunia pendidikan, lembaga pemerintahan, media massa, ilmu, dan teknologi. Ragam itu memiliki prentise yang tinggi.[3]
Berkenaan dengan proses pembelajaran seseorang guru dapat mengetahui karakter atau kepribadian pesrta didiknya melalui bahasa yang digunakan oleh peserta didiknya pada saat berkomunikasi baik di dalam maupun di luar proses pembelajaran. Seorang guru dapat mengetahui kejujuran, daya intelektual, kesopanan dan karakter dari peserta didiknya dapat diketahui dari tutur bahasa, ekspresi, kalimat yang efektif, dan cara penyampaian yang digunakan pada saat berkomunikasi, baik dengan gurunya sendiri, teman-temannya maupun orang lain. Bahasa yang dimaksudkan dalam berkomunikasi disini bisa lisan bisa juga tulisan.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter dengan proses pembelajaran bahasa insonesia memiliki hubungan atau keterkaitan satu dengan yang lain. Pendidikan karakter terandung dalam proses pembelajaran bahasa indonesia, dan dalam pembelajaran bahasa indonesia terdapat nilai-nilai pendidikan karakter diantaranya kejujuran, intektualitas, sopan santun, rasional dan lain sebagainya.
C.     Materi dalam pembelajaran bahasa indonesia yang mengandung nilai-nilai pendidikan karakter
Sebelum mengetahui materi-materi dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang mengandung nilai-nilai pendidikan karakter, akan dijelaskan terlebih dahulu berkenaan dengan pengusaan dalam bahasa indonesia itu sendiri. Dalam penguasaan bahasa Indonesia itu ada dua, yaitu:
1)    Penguasaan bahasa pasif yang mencangkup:
a.       Mendengarkan
Mendengarkan adalah mengarahkan perhatian dengan sengaja kepada suatu suara, atau menangkap pikiran orang berbicara dengan alat pendengaran kita, dengan tepat dan teratur.[4]
Dengan membiasakan mendengarkan keterangan dari orang lain, maka akan terbentuk karakter pendengar setia. Dengan begitu ia akan bisa menghargai pendapat orang lain.
b.      Membaca
Membaca dan mendengarkan merupakan penguasaan bahasa pasif. Jika mendengarkan itu berlangsung dengan spontan, dan diajarkan dengan spontan pula. Maka membaca ialah menangkap pikiran dan perasaan orang lain dengan perantaraan tulisan (gambar dari bahasa yang dilisankan).
Memabaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berfikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses visual membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis ke dalam kata-kata lisan. Sebagai suatu proses berfikir, membaca mencakup aktivitas pengenal kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis dan pemhaman kreatif. (Crawley san Mountain, dalam Farida Rohim, 2006 : 2)
Tujuan membaca yaitu menangkap bahasa yang tertulis dengan tepat dan teratur, lebih rincinya tujuan membaca adalah sebagai berikut:
1)      Untuk mengerti atau memahami isi / pesan yang terkandung dalam satu bacaan seefisien mungkin,
2)      Morrow (1981, op.cit : 89-104) mengatakan bahwa tujuan membaca ialah untuk mencari informasi yang:
a)      Kognitif dan intelektual, yakni yang digunakan seseorang untuk menambah keilmiahannya sendiri,
b)      Refrrensial dan faktual, yakni yang digunakan seseorang untuk mengetahui fakta-fakta yang nyata di dunia ini,
c)      Afektif dan emocional, yakni yang digunakan seseorang untuk mencari kenikmatan dalam membaca.[5]
Adapun faedah dan manfaat membaca adalah sebagai berikut:
1)      Di sekolah,  membaca itu mengambil tempay sebagai pembantu bagi seluruh mata pelajaran khususnya bahasa indonesia.
2)      Mempunyai nilai praktis. Sangat berguna bagi perseorangan, membaca itu merupakan alat untuk menambah pengetahuan.
3)      Sebagai pengibur. Untuk mengisi waktu luang ( seperti membaca syair-syair, sajak-sajak, roman, majalah, novel, dan sebagainya).
4)      Memperbaiki akhlak dan bernilai keagamaan yaitu dengan membaca buku-buku yang bernilai etika ataupun keagamaan.
5)      Bernilai fungsional. Membaca berguna bagi pembentukan fungsi-fungsi kejiwaan, seperti daya ingatan, daya fantasi, daya pikir (akal), berbagai jenis perasaan, dan sebagainya.
Dari faedah dan nilai membaca diatas dapat disimpulkan nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam membaca pada pembelajaran bahasa indonesia diantaranya adalah bisa menghargai karya orang lain, kreatif, tangung jawab, rasa ingin tahu terhadap hal-hal yang positif, dan lain sebagainya.
2)      Penguasaan bahasa aktif
Penguasaan bahasa aktif terdiri dari:
a.       Bercakap-Cakap
Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa bercakap-cakap termasuk kepada penguasaan bahasa aktif. Yang dimaksud dengan bercakap-cakap ialah melahirkan pikiran dan perasaan yang teratur, dengan menggunakan bahasa lisan.
Berkenaan dengan bercakap-cakap sering juga dikaitkan dengan bercerita. Terkadang masih banyak calon dan guru-guru yang kurang memahami perbedaan antara kedua istilah tersebut dalam pembelajaran bahasa khususnya bahasa indonesia, sehingga mereka kurang dapat berhasil melaksanakannya. Bercakap-cakap dan bercerita kedua pengertian itu memang berbeda, dan digunakan untuk pengajaran yang berbeda maksud serta pelaksanaannya.
Bercakap-cakap termasuk ke dalam pembelajaran bahasa. Di dalam pembelajaran pengajaran bercakap-cakap para siswa yang aktif melakukannya, dan memang tujuannya adalah melatih anak-anak supaya dapat melahirkan perasaan dan pikirannya dengan teratur, secara lisan. Sedangkan guru dalam hal ini hanyalah memimpin dan memberi petunjuk-petunjuk seperlunya.
Sedangkan bercerita merupakan bentuk mengajar atau metode mengajar yang dapat digunakan terhadap berbagai mata pelajaran. Di SD kerap kali bercerita itu dihubungkan dengan mata pelajaran budi pekerti. Dalam pengajaran bercerita guru yang aktif bercerita, para siswa mendengarkan. Tujuan pengajaran bercerita tergantung kapada isi dan cara melaksanakan/ menyajikan bahan.
Bercakap-cakap dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu bercakap-cakap spontan dan bercakap-cakap terpimpin. Adapun tujuan bercakap-cakap spontan adalah sebagai berikut:
1)      Melatih siswa melahirkan isi hatinya (pikiran, perasaan, dan kemauannya) secara lisan dengan bahasa yang teratur dan kalimat yang baik.
2)      Memperbesar dorongan batin akan melahirkan isi hatinya.
3)      Memupuk keberanian bercakap-cakap pada sisiwa.
4)      Menambah perbendaharaan bahasa anak.
5)      Dari sudut psikologi humanisnya adalah memberikan kesempatan pada siswa untuk menyatakan dirinya.
6)      Sedangkan tujuan dari bercakap-cakap terpimpin adalah untuk membuat siswa berani menyatakan pendapatnya, menghilangkan rasa malu dan ragu-ragu .
Dari tujuan-tujuan bercakap-cakap diatas dapat diketahui nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam materi bercakap-cakap diantaranya adalah keberanian, kejujuran, rasional, tanggung jawab, menghargai pendapat orang lain, dan lain sebagainya.
b.      Mengarang atau Menulis
Mengarang  adalah melahirkan pikiran dan perasaan dengan cara yang teratur , dan dituliskan dalam bahasa tulisan. Jika mengarang dikaitkan dengan bercakap-cakap, keduanya memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah keduanya merupakan bentuk bahasa yang aktif (penguasaan bahasa aktif) dalam menyatakan pikiran dan perasaan. Sedangkan perbedaanya adalah sebagai berikut:
1)      Di dalam bercakap-cakap, selain bunyi/suara, masih banyak lagi alat-alat pernyataan yang ada pada diri seseorang yang turut memperjelas pernyataan seseorang tersebut, seperti : tekanan kata/kalimat, bercakap-cakap dengan bernafsu, berapi-api, bersemangat, dengan cepat atau lambat, dengan tenang atau gugup, dan lain sebagainya yang dapat di dengar dari nada bercakapnya. Sedangkan dalam mengarang kita hanya dapat menyatakan seperti itu dengan menggaris bawahi atau memberi warna pada kata-kata atau bagian-bagian kalimat, atau dengan memberi berbagai macam-macam tanda baca, dan sebagainya.
2)      Dalam bercakap-cakap gerak-gerik muka dapat digunakan. Sedangkan pada menulis/mengarang hanya dengan sebuah gambar atau menyebutkan gerak-gerik itu.
3)      dalam bahasa tulisan haruslah lebih jelas dan lebih seksama di dalam mengungkapkan pernyataannya, harus memperhatikan kata yang tepat untuk kalimat dan susunan yang benar dari pelahiran kata seluruhnya, dengan kata lain, dalam mengarang kalimat benar-benar berisi atau efektif.
Adapun tujuan dari mengarang adalah sebagai berikut:
1)      Memperkaya perbendaharaan bahasa pasif dan aktif.
2)      Melatih melahirkan pikiran dan perasaan dengan lebih teratur secara tertulis (melatih ekspresi jiwa dalam bentuk tulisan).
3)      Latihan memaparkan pengalaman-pengalaman dengan tepat.
4)      Latihan-latihan penggunaan ejaan yang tepat (ingin menguasai bentuk bahasa).
Dalam menulis atau mengarang memiliki beberapa macam. Untuk pembelajaran bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi berkenaan dengan materi menulis atau mengarang sering dikenal dengan menulis karya tulis ilmiah dan non ilmiah. 
Dalam menulis karya tulis ilmiah harus diketahui terlebih dahulu ciri-ciri dari karya tulis ilmiah tersebut, diantaranya adalah sebagai berikut:
1)      Reproduktif, artinya bahwa maksud yang ditulis oleh penulisnya diterima dengan makna yang sama oleh pembaca.
2)      Tidak ambigu, artinya tidak bermakna ganda akibat penulisnya kurang menguasai materi atau kurang mampu menyusun kalimat dengan subjek dan predikat yang jelas.
3)      Tidak emotif, artinya tidak melibatkan aspek perasaan penulis.
4)      Penggunaan bahasa baku dalam ejaan, kata, kalimat, dan paragraf.
5)      Penggunaan istilah keilmuan di bidang tertentu sebagai bukti penguasaan penulis terhadap ilmu tertentu yang tidak dikuasai oleh penulis pada bidang keilmuan yang lain.
6)      Bersifat denotatif, artinya penulisan dalam karya tulis ilmiah harus menggunakan istilah atau kata yang hanya memiliki satu makna.
7)      Rasional, artinya penulis harus menonjolkan keruntutan pikiran yang logis, alur pemikiran yang lancar, dan kecermatan penulisan.
8)      Ada kohesi antarkalimat pada setiap paragraf dan koherensi antarparagraf dalam setiap bab.
9)      Bersifat straightforward atau langsung ke sasaran.
10)  Penggunaan kalimat efektif , artinya kalimat itu padat berisi, tidak berkepanjangan (bertele-tele), sehingga makna yang hendak disampaikan kepada pembaca tepat mencapai sasaran.[6]
Syarat-syarat karya tulis ilmiah, yaitu:
1)      Komunikatif, artinya uraian yang disampaikan dapat dipahami pembaca.
2)      Bernalar, artinya tulisan itu harus sitematis, berurutan secara logis, ada kohese dan koherensi, dan mengikuti metode ilmiah yang tepat, dipaparkan secara objektif, benar, dan dapat dipertanggungjawabkan.
3)      Ekonomis, artinyakata atau kalimat yag ditulis hendaknya diseleksi sedemikian rupa sehingga tersusun secara padat berisi.
4)      Memiliki sumber penopang mutakhir, artinya tulisan ilmiah harus mempergunakan landasan teori berupa teori mutakhir (terbaru).
5)      Bertanggung jawab, artinya seumber data, buku acuan, dan kutipan harus secara bertanggung jawab disebutkan dan ditulis dalam karya ilmiah.
6)      Dan lain sebagainya.[7]

Dari ciri-ciri dan syarat-syarat dalam penulisan karya tulis ilmiah diatas dapat dikaitkan dengan pendidikan karakter. Dalam proses pembelajaran bahasa indonesia berkenaan dengan penulisa karya tulis ilmiah itu sendiri terdapat beberapa nilai-nilai pendidikan karakter yang bisa diimplementasikan, diantaranya adalah sebagai berikut:
1)      Keberanian
Peserta didik dapat memiliki keberanian sendiri untuk mengemukakan pendapat-pendapatnya melalui penulisan karya tulis ilmiah tersebut, sehingga peserta didik akan memiliki pengalaman tersendiri dari hasil karya tulis yang telah disusunnya, baik itu ringkasan buku, makalah, artikel, dan lain sebagainya.
2)      Kejujuran
Dengan adanya penugasan untuk membuat sebuah karya tulis ilmiah seorang guru bisa mengetahui kebenaran data atau cerita yang dituliskan oleh para peserta didiknya, sehingga dengan demikian bisa diketahui hasil karya yang dihasilkan sendiri atau mengunduh dari internet dan lain sebagainya.
3)      Bertanggung Jawab
Dari adanya pembelajaran bahasa indonesia berkenaan dengan penulisan karya tulis ilmiah ini, peserta didik dapat diajarkan untuk bertanggung jawab terhadap hasil karya yang telah dihasilkan, apapun bentuknya baik itu makalah, artikel, esai, ringkasan buku, dan lain sebagainya. Dengan demikian seorang guru dapat menanamkan sifat bertangung jawab tersebut melalui penugasan karya tulis ilmiah tersebut.
4)      Kreatif
Peserta didik dapat meningkatkan kreatifitasnya untuk menulis, baik karya tulis ilmiah maupun karya tulis non-ilmiah. Bahkan dengan adanya pembelajaran bahasa indonesia berkenaan dengan materi penulisan karya tulis ilmiah dan non- ilmiah, seseorang bisa mengembangkan kreatifitasnya dalam bidang menulis, sehingga hal ini bisa menjadi jembatan untuk menjadi seorang penulis
5)      Rasional
Selain yang disebutkan diatas, rasional juga merupakan nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam materi pembelajaran bahasa Indonesia yang berkenaan dengan materi menulis karya tulis ilmiah atau nonilmiah. Dengan melatih peserta didik untuk menulis karya tulis ilmiah, itu berarti seorang guru telah mengajarkan kepada peserta didinya untuk berfikir rasional atau masuk akal. Dengan demikian akan tertanam sifat rasional tersebut pada jiwa peserta didiknya.
6)      Tidak Egois
Dengan adanya penulisan karya tulis ilmiah peserta didik akan belajar untuk tidak egois dalam mengemukakan pendapatnya pada sebuah karya tulis ilmiah. Karena dalam penulisan karya tulis ilmiah tidak dibenarkan penulis menulis data atau keterangan berdasarkan perasaan atau emocional sang penulis, akan tetapi data atau keterangan yang ditulis harus objektif.
7)      Dan lain sebagainya.







BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Pendidikan karakter dengan pembeljaran bahasa indonesia memiliki hubungan atau keterkaitan satu dengan yang lain. Pendidikan karakter terkandung dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia dan dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat nilai-nilai pendidikan karakter diantaranya kejujuran, daya intelektualitas, sopan santun, rasional dan lain sebagainya.
Berkenaan dengan materi yang mengandung nilai-nilai pendidikan karakter dalam pembeljaran bahasa Indonesia adalah mendengarkan, membaca, bercakap-cakap, mengarang dan menulis. Masing-masing materi tersebut memiliki nilai-nilai pendidikan karakter tersendiri. Namun secara umum nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat pada materi-materi pembelajaran bahasa indonesia adalah kejujuran, keberanian, rasional, kreatifitas, menghargai, kerja keras, sopan santun, dn lain sebagainya.

A.    Saran
Sebagai calon atau pendidik harus bisa mengimplentasikan pendidikan karakter dalam proses pembelajaran yang mencakup semua mata pelajaran khususnya bahasa Indonesia, sehingga para perserta didik tidak hanya memiliki hard skill saja (kognitif, afektif dan psikomotorik) namun juga memiliki soft skill ( karakter atau kepribadian ) yang baik.


DAFTAR PUSTAKA

Kesuma, Dharma dkk 2011. Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktek di Sekolah, Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Nababan , Sri Subakto, 1992. Metodelogi Pengajaran Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia
Purwanto, M. Ngalim, 1997. Metodeloi Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Rosda Jayaputra
Rohmadi, Ahmad dan Aninditya Sri Nugraheni, 2011. Belajar Bahasa Indonesia: Upaya Terampil Berbicara dan Menulis Karya Ilmiah, Surakarta: Cakrawala Media
Rohmadi, Muhammad, dkk. 2008, Teori dan Aplikasi : Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Surakarta : UNS Press
Sugono, Dendy, 1686.  Berbahasa Indonesia dengan Benar, Jakarta: PT Priastu


[1] Dharma Kesuma, dkk. Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktek di Sekolah, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm.5-6
[2] Ahmad Rohmadi dan Aninditya Sri Nugraheni, Belajar Bahasa Indonesia: Upaya Terampil Berbicara dan Menulis Karya Ilmiah, (Surakarta: Cakrawala Media, 2011). Hlm.338-39
[3] Dendy Sugono, Berbahasa Indonesia dengan Benar, (Jakarta, PT Priastu, 1986), hlm. 11-12
[4] M.Ngalim Purwanto, Metodeloi Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar, (Jakarta: PT Rosda Jayaputra, 1997), hlm.23
[5] Sri Subakto-Nababan, Metodelogi Pengajaran Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia, 1992), hlm.164-165
[6] Muhammad Rohmadi, dkk, Teori dan Aplikasi : Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi, (Surakarta : UNS Press, 2008), hlm. 52
[7] Ibid, hlm.53

apakah anda puas dengan sistem pendidikan yang ada di universitas anda?

Powered By Blogger

Pengikut

About Me

Foto Saya
kependidikanislam2010
Lihat profil lengkapku