Sabtu, 25 Juni 2011

aliran wahabiyah


A.      Latar Belakang Berdirinya Aliran Wahabiah
Pemberian nama aliran wahabiah dipertalikan dengan nama pendirinya, yaitu Muhammad bin Abdil Wahab (1115-1201 H/1703-1787 M). Dan diberikan oleh lawan-lawan tersebut semasa hidup pendirinya, yang kemudian dipakai juga oleh penulis-penulis Eropa. Nama yang dipakai oleh golongan wahabiyah sendiri ialah golongan muwahhidin (unitarians) dan metodenya mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW.mereka mengangap dirinya Ahlussunah yang menikuti pikiran-pikiran Imam Ahmad bin Hambal yang ditafsirkan oleh Ibmu Taimiyah.
Aliran wahabi adalah suatu kekeliruan karena Abdul Wahab ayahnya adalah ulama Ahlussunah bukan berpaham wahabiyah. Latar beklakang kelahiran aliran wahabi berawal dari pertimbangan-pertimbangan yang didasarkan keyakinan-keyakinan, bahwa keruntuhan islam dan kelemahannya karena adat kebiasaan umat islam sendiri yang sangat bertentangan dengan ajaran islam dan banyak perbuatan-perbuatan syirik yang tidak sesuai dengan dengan ilmu tauhid yang menjaqdi tugas terpenting Nabi Muhammad SAW pada waktu Ia diutus menghadapi suku bangsa jahiliyah quraisy penyembah berhala di mekah.Oleh karena itu perjuangan wahabi yang terutama ditunjukan untuk membina suatu ajaran tauhid yang kuat guna mengembalikan keyakinan umat islam kepada Allah.

B.       Riwayat Hidup Pendirinya      
Muhammad bin Abdil Wahab dilahirkan di Ujainah, yaitu sebuah dusun di Najed, daerah Saudi Arabia sebelah Timur. Salah satu tempat belajarnya ialah kota Madinah, pada Sulaiman Al-kurdi dan Muhammad Al-hayyat As-sindi.[1] Ia banyak mengadakan perlawatna dan sebagian hidupnya dipergunakan untuk berpindah-pindah dari satu negeri ke negeri lain sebagai penganjur aliran Ahmad bin Hambal. Setelah beberapa tahun mengadakan perlawatan, kemudian pulang ke negeri kelahirannnya dan selama beberapa bulan ia merenung dan mengadakan orientasi, untuk kemudian mengajarkan paham-pahamnya, seperti yang dicantumkan dalam bukunya At-tauhid. Karena ajaran-ajarannya menimbulkan keributan-keributan di negerinya, ia diusir oleh panguasa setempat, kemudian ia bersama keluarganya pindah ke Dari’ah, sebuah tempat tinggal Muhammad bin Sa’ud yang telah memeluk ajaran-ajaran wahabiyah, bahkan menjadi pelindung dan penyiarnya.
Dengan dukungan Sa’ud dan kerja sama yang baik sehingga gerakan wahabi dapat berkambang. Keinginan dan cita-cita masing-masing tokoh ini saling mendukung. Sehingga cita-cita mereka membuahkan hasil dengan berdirinya kerajaan wahabi di Jazirah Arabia, Sehingga segala bentuk kemusyrikan disapu bersih.

C.      Pokok-Pokok Pikiran Wahabiyah
Muhamad bin Abdul Wahab lahir dan besar di lingkungan keluarga dan masyarakat yang bermazhab Hambali. Bahkan, sebagaimana disebutkan terdahulu, ayahnya adalah kadi mazhab Hambali di daerahnya. Karena itu wajarlah jika Muhammad bin Abdul Wahab menjadi penganut dan pemgikut setia Ahmad bin Hambal. Oleh karena itulah, Muhammad bin Wahab disebut-sebut sebagai tokoh salafiah abad ke-18 M sebab salafiah mengacu kepada pemikiran Ahmad bin Hambal.
Sebagai pengikut setia Ahmad bin Hambal tentu pola pikir dan amaliahnya menikuti mazhab Hambali. Ahmad bin hambal yang terkenal dengan gigih mempertahankan dan memperjuangkan iktikad dan amaliah salaf al-shalih dan menantang keras pemikiran-pemikiran rasional. Kekerasan dan kekuatan pendirian Ahmad bin Hambal nampaknya juga terlihat pada diri Muhammad bin Abdul Wahab yang berjuang membrantas kemusrikan, bid’ah, Khurafat dan tahayul yang melanda umat islam.
Dalam hubungannya dengan tauhid, Muhammad bin Abdul Wahab mengemukakan tiga aspek ketauhidan:
a.       Tauhid rububiah adalah pengakuan bahwa Allah satu-satunya pencipta, pemelihara, pemberi rizki, pengatur, yang menghidupkan dan mematikan.
b.      Tauhid al-asma wa al-shifat adalah keimanan kepada nama-nama dan sifat-sifat Allah sebagaimana tercantum dalam Al-qur’an,tanpa tamsil, tasbih dan takwil.
c.       Tauhid ibadah adalah segala bentuk amal dan ibadah manusia semata-mata dilakukan untuk berbakti kepada Allah SWT.[2]
Aspek ketauhidan memang merupakan perhatian utama Muhammad bin Abdul Wahab, karena dia ingin memurnikan Ajaran islam yang dianggapnya sudah rusak dan bercampur baur dengan ajaran lain yang tidak sesuai dengan tauhid Islam, akibat ulah umat islam sendiri. Ia tidak ingin umat Islam terjerumus kedalam kemusyrikan, sesuatu dosa yang tidak terampunkan. Aspek ketauhidan mendapat perhatian besar dari Muhammad bin Abdul Wahab karena disamping tauhid merupakan ajaran islam paling mendasar, ia menyaksikan di daerah banyak umat islam melakukan aktifitas yang menurut pendapatnya menyimpang dari ajaran tauhid. Aspek tersebut antara lain pengkultusindividuan syekh-syekh tarekat atau orang-orang yang dianggap wali, Ziaroh ke kubur-kubur para syekh atau wali dan meminta pertolongan kepada syaekh atau wali tersebut, dan ziaroh ketempat tertentu yang dianggap memiliki kekuatan gaib yang dapat membamtu dan menyelesaikan problema kehidupan mereka, seperti batu-batu besar dan pohon-pohon.

D.      Akidah Aliran Wahabiyah Dan Pertaliannya Dengan Aliran Salaf
Aliran wahabiyah sebenarnya merupkan kelanjutan dari aliran salaf, yang berpangkal kepada pikiran-pikiran Ahmad bin Hambal dan yangb kemudian direkonstruksikan oleh Ibnu Taimiah, bahkan aliran wahabiyah telah menerpkan dengan lebih luas dan memperdalam arti bid’ah, sebagai akibat dari keadaan masyarakat dan negeri Saudi Arabia yang penuh dengan aneka bid’ah, baik yang terjadi pada musim upacara agama ataupun bukan.
Akidah-akidah yang pokok dari lairan wahabiyah pada hakekatnya tidak berbada dengan apa yang telah dikemukakan oleh Ibnu Taimiah. Perbedaan yang ada hanya dalam cara melaksanakan dan menafsirkan beberapa persoalan tertentu. Akidah-akidahya dapat disimpulkan dalam dua bidang, yaitu tauhid dan “bidat”.
Dalam bidang ketauhidan mereka berpendirian berikut :
1.    Penyambahan kepada selain Tuhan adalah salah, dan siapa yang berbuat demikian ia dibunuh.
2.    Orang yang mencari ampunan Tuhan dengan mengunjungi kuburan orang-orang saleh, termasuk golongan musyrikin.
3.    Termasuk dalam perbuatan musyrik memberikan kata pengantar dalam sholat terhadap nama Nabi-Nabi atau wali atau Malaikat (seperti Sayyidina Muhammad).
4.    Termasuk kufur memberikan suatu ilmu yang tidak didasarkan atas Qur’an  dan Sunah, atau ilmu yang bersumber akal pikiran semata-mata.
5.    Termasuk kufur dan Ilhadjuga mengingkari qadar dalam semua perbuatan dan penafsiran qur’an dengan jalan ta’wil.
6.    Dilarang memakai buah tasbih dan dalam mengucapkan nama Tuhan dan doa-doa (wirid) cukup dengan menghitung jari.
7.    Sumber syariat islam dalam soal halal dan haram hanya Qur’an semata-mata dan sumber lain sesudahnya ialah sunnah Rasul.
8.    pintu ijtihad tetap terbuka dan sipapun boleh melakukan ijtihad, asal sudah memenuhi syarat-syaratnya.[3]
Hal-hal yang dipandang bid’ah oleh mereka dan harus diberantas antara lain: berkumpul bersama-sanma dalam mau’idan, orang wanita mengiring jenazah, mengadakan pertemuan Zikir, bahkan mereka merampas buku-buku tawassulat,bahkan kegiatan sehari-hari juga dikategorikan dalam bid’ah seperti rokok, minum kopi, memakai pakaian sutra bagi laki-laki, bergambar,memacari kuku dll.
E.       Cara Penyiaran Aqidah-Aqidah Wahabiyah
Kalau Ibnu Taimiah, sebagai pembangunaliran salaf, menanamkan paham-pahamnya dengan cara menulis buku-buku dan megadakan pertukan pikiran serat perdebatan, maka
Muhammad bin abdul wahab merasakan sendiri bahwa khuratfat-khurafat yang menimpa kaum muslimin di negerinya, bukan saja terbatas kepada pemujaan kuburan-kuburan, sebagai tempat orang-orang saleh dan memberikan nazar kepadanya, tetapi juga menjalar kepada pemujaan benda-benda mati. Juga tidak sedikit dari kota dar’iah,tempat ia mulai melancarkan dawhnya senang mengunjungi sebuah gua yang terletak disana. Perbuatan tersebut dipandang olehnya sebagi suatu macam perbuatan syirik.
Tindakan kekerasan yang pertama-tama dilakukannya ialah memotong pohon kurma yang dianggap keramat. Kemudian setiap kali golongan wahabiyah memasuki suatu tempat atau kota mereka membongkar kuburan dan diratakan dengan tanah, bahkan masjid-masjidpun turut dibonhkar sehingga penulis-penulis Eropa menyebutkan mereka sebagai pembongkar tempat-tempat ibadah (huddamul ma’abid). Tindakan mereka tidak hanya seperti itu tetapi lebih jauh lagi, ketika mereka dapat menguasai Makkah, banyak banyak tempat-tempat sejarah yang dimusnahkan.
Akan tetapi gerakan wahabiyah yang bertulang punggungkan kekuatan raja Muhammad bin Saud, dipandang oleh penguasa (khalifah) Usmaniah yang menguasai negeri Arabia pada waktu itu, sebagiai perlawanan dan pemberontakan terhadap kekuasaannya. Oleh karena itu penguasa tersebut mengirim tentaranya ke negeri Arabia untuk menumpas gerakan tersebut, akan ytetapi tidak berfasil, kemudian diserahkan penumpasannya kepada Muhammad Ali, gubernur  Turki, dan ternyata yang kuat dapat mengalahkan golongan wahabiyah serta dapat melumpuhkan kekuatannya. Dengan kemunduran Khilafat turki, maka gerakan tersebut menjadi kuat, sehingga menjadi aliran resmi negeri Saudi Arabia sampai sekarang ini.

F.       Kritik Terhadap Aliran Wahabiah
Demikianlah aqidah aliran wahabiyah sebagai kelanjutan metode aliran salaf, yang mengambil pokok-pokok aqidahnya dari Quran dan hadis. Seperti lazimnya, pada tiap-tiap gerakan baru yang disertai kekerasan, maka terhadap aliran wahabiyah juga terdapat beberapa kritikan.
Pertama ialah aliran wahabiyah tidak mengenal  perasaan kaum muslimin, sebab kaum muslimin, sebab kaum muslimin dimanapun juga berbangga dengan kuburan nabinya dan mencintai sahabat-sahabatnya,sehingga cukup menimbulkan kebencian kaum muslimin terhadap aliran wahabiyah. Kemudian kritik yang lain ialah bahwa aliran wahabiyah melalikan kemajuan mental dan pikiran di negeri merdeka sendiri serta tidak berusaha mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan perkembangan zaman, sedangkan ajaran-ajaran islam yangsebenarnya tidak menghalang-halanginya, bahkan selalu menganjurkannya. Selain itu, ajaran-ajaran aliran wahabiyah hanya berlaku untuk orang biasa, sedangkan bagi para penguasa dan keluarga raja, ajaran-ajaran tersebut tidak mempunyai nilai, sebagaimana yang ditunjukan oleh praktek kehidupan mereka sehari-hari. Bagaimanapun aliran wahabiyah termasuk golongan aliran salaf, sedangkan golongan salaf termasuk Ahlussunnah.dari Ahmad bin Hambal. Karena itu aliran wahabiyah termasuk aliran Ahlussunnah.

G.      Pengaruh Aliran Wahabiah
Gerakan pemurnian yangdilakukan oleh Muhammad bin Abdul Wahab merupakan gerakan tertua di abad ke-18 M. Gerakan-gerakan pemurnian selanjutnya, langsung atau tidak, dalam banyak hal terpengaruh oleh gerakannya.Pengaruh gerakan Wahabi tidak hanya terbatas dijazirah Arabia, tetapi melebar dan meluas keberbagai pelosok dunia islam. Meskipun gerakan Muhammad bin Abdul Wahab merupakan gerakan pemurnian ajaran islam, khususnya tauhid, namun, menurut Prof.DR.Harun Nasution, pemikiran-pemikirannya juga mempengaruhi gerakan dan pemikiran pembaharuan islam pada abad ke-19 M. Pemikiran yang mempengaruhi pembaharuan di periode modern adalah:
a.       Sumber asli ajaran islam hanya Al-qur’an dan hadis dan pendapat ulama bukan merupakan sumber.
b.      Tidak boleh bertaklid kepada ulama.
c.       Pintu ijtihad tidak tertutup,tetapi tetap terbuka.[4]

            Negeri-negeri di mana aliran wahabiah berkembang ialah:
1.      India
Di Punjab (India Utara), Syaid Ahmad menciptakan negara wahabiyah dan memaklumkan jihad terhadap orang yang tidak mempercayai dakwahnya serta masuk di barisannya. Juga di Bengal penyiaran islam pengalami kepesatan karena pengaruh golongan wahabiyah.
2.      Aljazair
Aliran wahabiyah di negara ini dibawa oleh Imam as-Sanusi
3.      Mesir
Syaih Imam Abduh menyiarkan aliran wahabiyah, meskipun ia tidak mengikatkan diri kepadanya semata-mata, karena ia menggali sendiri pokok-pokok mazhab salaf,  sejak masa Rasul sampai kepada ibnu taimah, dan sampai Muhammad bin Abdil Wahab. Dasar-dasarnya sama dengan dasar-dasar yang dipakai oleh aliran wahabiyah.
4.      Sudan
Aliran wahabiah dibawa oleh Usman Danfuju, saat ia pergi ke Mekkah untuk melaksanakan haji dan pada waktu itu aliran wahabiyah sedang berkembang pesat, setelah pulang ke negerinya menyebarkan aliran wahabiyah.

5.      Indonesia
Dibawa oleh tiga orang dari Sumatera Barat yang mula-mula berkunjung ke Madinah, mereka tertarik sekali

Dengan aliran wahabiyah. Setelah pulang ajaran wahabi diperkenalkannya kepada pendudukan indonesia. Namun menjadi peperangan yaitu perang padri. Pada masa sesudahnya, aliran wahabiyah di Indonesia lebih luas lagi, baik melalui orang-orang haji maupun melalui buku-buku Syaih Muhammad Abduh dari Mesir.



Kontribusi terhadap ketauhidan
a)    Mengesakan Tuhan bahwa Allah satu-satunya pencipta, pemelihara, pemberi rizki, pengatur, yang menghidupkan dan mematikan.
b)   Sumber asli hanyalah Al-quran dan hadis.
c)    Memegang teguh kemurnian ketauhidan.














BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
            Latar beklakang kelahiran aliran wahabi berawal dari pertimbangan-pertimbangan yang didasarkan keyakinan-keyakinan, bahwa keruntuhan islam dan kelemahannya karena adat kebiasaan umat islam sendiri yang sangat bertentangan dengan ajaran islam dan banyak perbuatan-perbuatan syirik yang tidak sesuai dengan dengan ilmu tauhid yang menjaqdi tugas terpenting Nabi Muhammad SAW pada waktu Ia diutus menghadapi suku bangsa jahiliyah quraisy penyembah berhala di mekah.Oleh karena itu perjuangan wahabi yang terutama ditunjukan untuk membina suatu ajaran tauhid yang kuat guna mengembalikan keyakinan umat islam kepada Allah.
             Dalam hubungannya dengan tauhid, Muhammad bin Abdul Wahab mengemukakan tiga aspek ketauhidan:
a.    Tauhid rububiah adalah pengakuan bahwa Allah satu-satunya pencipta, pemelihara, pemberi rizki, pengatur, yang menghidupkan dan mematikan.
b.    Tauhid al-asma wa al-shifat adalah keimanan kepada nama-nama dan sifat-sifat Allah sebagaimana tercantum dalam Al-qur’an,tanpa tamsil, tasbih dan takwil.
c.    Tauhid ibadah adalah segala bentuk amal dan ibadah manusia semata-mata dilakukan untuk berbakti kepada Allah SWT.
           









Daftar Pustaka

Asmuni Yusran.H.M.Drs,Ilmu Tauhid(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,1993)

Nasution Harun, Pembaharuan Dalam Islam: sejarah, pemikiran dan Gerakan, Bulan Bintang, Jakarta,1991

A.Hanafi M.A Penantar Theologi Islam (Yogyakarta:Al Husna Zikra,1967)


[1] A.Hanafi M.A Penantar Theologi Islam (Yogyakarta:Al Husna Zikra,1967)hlm. 149
[2] Drs.H.M. Yusran Asmuni,Ilmu Tauhid(Jakarta:PT Raja Grafindo persada,1993)hlm. 147
[3] Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam: sejarah, pemikiran dan Gerakan, Bulan Bintang, Jakarta,1991,hlm 24
[4] Drs.H.M.Yusran Asmuni,Ilmu Tauhid(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,1993)hlm.149

0 komentar:

Posting Komentar

apakah anda puas dengan sistem pendidikan yang ada di universitas anda?

Powered By Blogger

Pengikut

About Me

Foto Saya
kependidikanislam2010
Lihat profil lengkapku